Mengenal Jenis-Jenis dan Proses Terjadinya Angin

Kita pasti pernah merasakan hembusan angin. Dalam kondisi cuaca yang panas, hembusan angin tersebut tentu terasa menyejukkan. Dengan adanya angin, tubuh kita akan merasakan hawa sejuk, meskipun suhu udara di sekitar kita terasa panas.

Angin merupakan sesuatu yang unik. Kita tidak dapat melihatnya tetapi dapat merasakan keberadaannya. Di manapun kita berada, hampir selalu terdapat angin. Lalu sebenarnya apa sih angin itu? Kemudian bagaimana ia bisa terbentuk?

 

Apa itu Angin?

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi (perputaran) bumi, dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah.


Lalu bagaimana angin bisa terbentuk? Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak panas matahari dibandingkan tempat yang lain. Permukaan tanah yang panas membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara mengembang dan menjadi lebih ringan.

Udara akan memuai apabila dipanaskan. Udara yang telah memuai tersebut akan menjadi lebih ringan. Karena lebih ringan dibanding udara di sekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas itu naik, tempatnya segera digantikan oleh udara di sekitarnya. Udara yang menggantikannya terutama udara dari atas yang lebih dingin dan berat. Proses ini terjadi terus-menerus. Akibatnya kita bisa merasakan adanya pergerakan udara atau yang kita sebut angin.


Berat udara di atas permukaan tanah menghasilkan daya tekan ke bumi. Inilah yang disebut tekanan udara. Udara yang mengembang menghasilkan tekanan udara yang lebih rendah. Sebaliknya, udara yang berat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi.

Angin bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi menuju ke tempat yang bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udaranya, semakin besar pula angin yang bertiup. Rotasi/perputaran bumi membuat angin tidak bertiup lurus. Rotasi bumi membuat tiupan angin menjadi berbelok arah. Di belahan bumi utara angin berbelok ke kanan. Sementara di belahan bumi selatan angin berbelok ke kiri.


Wujud fisik angin tidak dapat dilihat secara kasat mata. Meski demikian, kita masih dapat mengetahui keberadaannya. Caranya yaitu dengan melihat efek yang ditimbulkan pada benda-benda yang mendapat hembusan angin. Misalnya ketika kita melihat dahan-dahan pohon bergerak atau bendera yang berkibar. Gerakan dahan dan bendera tersebut menandakan bahwa ada angin yang berhembus.

Dari mana angin bertiup dan berapa kecepatannya dapat diketahui dengan menggunakan alat-alat pengukur angin. Alat-alat pengukur angin tersebut antara lain:

1.     Anemometer, yaitu alat yang mengukur kecepatan angin.

2.     Wind Vane, yaitu alat untuk mengetahui arah angin.

3.     Windstock, yaitu alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar kecepatan angin. Alat ini biasanya ditemukan di bandara-bandara.


Selain menggunakan alat-alat tersebut, kita juga dapat mengukur/memperkirakan arah dan kecepatan angin dengan cara yang lain. Caranya yaitu dengan menggunakan Skala Beaufort. Sementara itu untuk mengukur tekanan udara digunakanlah Barometer.

 

Jenis-Jenis Angin

Angin yang kita ketahui selama ini memiliki jenis yang beragam. Secara umum angin dapat dibagi menjadi angin lokal dan angin musim.

Angin Lokal

Angin lokal memiliki 3 macam bentuk. Ada angin darat dan angin laut, angin gunung dan angin lembah, serta angin ribut/puyuh.

1.     Angin Darat dan Angin Laut

Angin darat dan angin laut terjadi di daerah pantai. Keduanya terjadi akibat adanya perbedaan sifat antara daratan dan lautan dalam menyerap dan melepaskan energi panas matahari. Daratan menyerap dan melepas energi panas lebih cepat daripada lautan.

Angin darat terjadi pada malam hari. Saat itu energi panas yang diserap permukaan bumi sepanjang hari, akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan (udara dingin). Sementara itu di lautan, energi panas sedang dalam proses dilepaskan ke udara. Gerakan tersebut menyebabkan udara dingin dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan. Akibatnya terjadi aliran udara dari darat ke laut.


Angin laut terjadi pada pagi hingga menjelang sore hari. Saat itu daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan, sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut. Akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara-udara dingin di lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat. 


2.     Angin Gunung dan Angin Lembah

Angin lembah terjadi ketika matahari terbit. Saat itu puncak dan lereng gunung adalah daerah yang pertama kali mendapat panas dan berlangsung sepanjang hari. Jadi lereng gunung mendapat energi panas lebih banyak daripada lembah.

Adanya perbedaan penyinaran matahari pada daerah lereng dan lembah, menyebabkan terjadinya perbedaan suhu antara keduanya. Udara panas dari lereng gunung akan naik dan digantikan dengan udara dingin dari lembah. Akibatnya terjadi aliran udara dari lembah menuju lereng gunung.



Sementara itu pada sore hari, lembah akan melepaskan energi panas dari matahari. Puncak gunung yang telah mendingin akan mengalirkan udara ke lembah. Aliran udara tersebut dinamakan angin gunung


3.     Angin Ribut/Puyuh

Angin ribut yaitu angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, dan bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi. Kcepatannya rata-rata antara 30 – 40 knots. Angin ini biasanya hilang dalam waktu singkat, yaitu antara 3 sampai 5 menit. Angin ribut ini biasa juga dikenal dengan puting beliung.



Angin ribut berasal dari awan Cumulonimbus, yaitu awan yang bergumpal berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Namun, tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan puting beliung. Puting beliung dapat terjadi di mana saja, di darat maupun di laut. Jika terjadi di laut, durasinya (waktunya) lebih lama daripada di daratan.


Angin Musim

Angin musim adalah angin yang bertiup secara periodik. Angin ini dibagi menjadi 5 macam, yaitu Angin Passat, Angin Anti Passat, Angin Barat, Angin Timur, dan Angin Muson.

1.     Angin Passat

Angin Passat adalah angin yang bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju daerah ekuator (khatulistiwa). Angin Passat terdiri dari Angin Passat Timur Laut dan Angin Passat Tenggara. Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi utara, sedangkan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi selatan.


Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Oleh karena itu, daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).

 

2.     Angin Anti Passat

Angin Anti Passat adalah angin yang bertiup dari daerah kutub dan turun di daerah subtropik. Angin ini awalnya berasal dari udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub. Di belahan bumi utara, angin ini disebut Angin Anti Passat Barat Daya. Sementara di belahan bumi selatan, angin ini disebut Angin Anti Passat Barat Laut.


Pada daerah sekitar 20o – 30o Lintang Utara dan Lintang Selatan, Angin Anti Passat kembali turun sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya terbentuklah gurun di muka bumi. Misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara di Afrika, dan gurun di Australia.

 

3.     Angin Barat

Sebagian udara yang berasal dari daerah subtropis utara dan selatan, mengalir ke daerah sedang utara dan daerah sedang selatan. Angin ini bertiup sebagai Angin Barat. Pengaruh Angin Barat di belahan bumi utara tidak begit terasa karena hambatan benua. Sementara di belahan bumi selatan pengaruh Angin Barat ini sangat besar, terutama pada daerah 60o LS. Di sini bertiup Angin Barat yang sangat kencang dan membahayakan para pelaut.


4.     Angin Timur

Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara maksimum.  Di daerah ini mengalirlah angin ke daerah subpolar (60o LU/LS). Angin ini disebut Angin Timur. Angin Timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.

 

5.     Angin Muson (Monsun)

Angin Muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan). Antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan. Arah anginnya pun akan berganti berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup Angin Darat yang kering. Setengah tahun berikutnya bertiup Angin Laut yang basah.


Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit selatan. Oleh karenanya benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi. Keadaan ini menyebabkan arus angin bergerak dari benua Asia ke benua Australia. Dalam perjalanannya, angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia sehingga banyak membawa uap air.

Pada masa ini, di Indonesia umumnya terjadi musim penghujan. Hanya saja persebarannya tidak merata. Makin ke timur, curah hujan makin berkurang, karena kandungan uap airnya makin sedikit.

Cepy Suherman

Seorang pengajar ekonomi yang sedang mendalami dunia investasi pasar modal

Post a Comment

Previous Post Next Post